Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran

Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Istilah “kematangan” yang dalam bahas inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak; (2) proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Davidoff (1998) mengemukakan istilah kematagan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola prilaku tertentu yang bergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf.
Kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya, yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
1.      Perkembangan anak usia sekolah dasar
Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan, pertumbuhan, dan kematangan dapat dilihat dari beberapa sudut perkembangan sebagai berikut.
a.      Perkembangan intelektual
Pada usia dasra (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsanganintelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
b.      Perkembangan bahasa
Dua faktor penting yang memengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
·         Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
·         Proses belajar. Yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak.
c.       Perkembangan sosial
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam poses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
d.      Perkembangan emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengedalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Maka guru hendaklah mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenagkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar yang efektif.
e.       Perkembangan emosional
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
f.       Perkembangan penghayatan keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaanya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut. sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengrtian:
·         Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpendomanpada indicator alam semesta sebagai manifestasi dari keangungan-Nya;
·         Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral;
·         Priode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukkan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan priode sebelumnya.
g.      Perkembangan motorik
Sesuai dengan pekebangan fisik (motorik), maka di kelas-kelaspermulaan sangat tepat diajarkan:
·         Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar;
·         Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga;
·         Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya;
·   Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.


Daftar Pustaka
Hosnan. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik .Jakarta: Ghalia Indonesia


Postingan populer dari blog ini

Visi ilmu di indonesia

Karakteristik anak usia remaja (SMP/SMA)

Sikap ilmiah yang harus dimiliki ilmuwan