Bagaimana cara kita belajar filsafat ?
Bagaimana
cara kita belajar filsafat ?
1. Anggaplah
filsafat bukan barang suci yang di sakralkan . Ia hanya pemikiran biasa dari
orang biasa yang kita gugat, dipertanyakan ulang.
“
jika orang menginginkan suatu filsafat sebagai suatu sistem prinsip-prinsip yang
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang kebenarannya sangat pasti, maka hal itu
adalah sesuatu yang mustahil “
Filsafat
bukan pemikiran yang selesai, ia bahkan selalu menyisakan pertanyaan baru yang
membuat kita dipaksa terlibat , yakinlah bahwa di dalam filsafat kita jarang
atau tidak pernah mendapatkan pemecahan-pemecahan yang tuntas atas
pertanyaan-pertanyaan yang ingin di ajukan.
2. Filsafat
adalah pemikran yang mengundangf kita untuk selalu terlibat langsung . Banyak sekali
filsafat yang maksudnya agar kiat meneruskan apa yang telah dimulainya . Dengan
demikian jangsna sungkan-sungkan untuk tidak sependapat , tuliskan pendapat dan
sanggahan anda , ujilah kebenaran yang dikemukakan oleh filsuf – filsuf itu . Alfred
ayer pernah menyarankan untuk menjadikan pemikiran seseorang sebagai bahan
latihan berfilsafat . Ayer menyatakan “ajukan pendapat –pendapat yang sudah
tetpa itu , sebagai bahan diskusi , mencari standar-standar dan menguji
nilai-nilai nya apa asumsi asumsi itu masih berlaku “ dengan cara ini kita
terlibat juga kehidupan nyata kita
3. Agar
bisa menguji dengan baik , kita juga perlu harus menunda apa yang semula kita
yakini . Dengana cara ini kita tidak berperang sendirian . Did dalam pikiran
kita masih ada keyakinan lama dan itu dijadikan ukuran , kita tidak akan
menemukan mutiarayang ditawarkan oleh oranglain . Rasakan dulu tanpa prasangka
, baru setelah itu dibandingkan . Serentak
dalam perbandingan itu kita telah melakukan pengujian secara tidak langsung
4. Seorang
pembelajar filsafat tidak pernah merasa benar sendiri, telah benar dan tidak
mungkin salah
“tidak
ada yang pantas bagi seorang filsuf daripada mau benar sendiri dalama diskuis
dan dalam beragumentasi . Mereka benar sendiri sampai bentuk relfeksi logisnya
yang paling halus adalah pengungkapan jiwa mempertahankan diri yang justru
menjadi tujuan seorang filsuf untuk menghapuskannya (Theodor W Adorno )