Melati
Melati
Melati
merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun.
Melati merupakan genus dari semak dan tanaman merambat dalam keluarga zaitun
(Oleaceae). Terdiri dari sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim
tropis dan hangat dari Eurasia, Australasia dan Oseania. Melati secara luas
dibudidayakan untuk aroma khas bunga mereka. Di Indonesia, salah satu jenis
melati dijadikan sebagai "puspa bangsa" atau simbol nasional yaitu
melati putih (Jasminum sambac), karena bunga ini melambangkan kesucian dan
kemurnian, serta dikaitkan dengan berbagai tradisi dari banyak suku di negara
ini.
Bunga
melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci tak ternodai. Memiliki
makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah melati, melati yang tak
pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak memiliki warna lain
dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai
keadaannya baik panas, hujan, terik ataupun badai yang datang melati tetap
putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati akan tetap menjadi melati
selalu putih. Melati. Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir
menghinggapinya hingga menutup warna kelopaknya. Pada angin ia menyapa,
berharap sepoinya membawa serta debu- debu itu agar ia tetap putih berseri.
Karenanya, melati ikut bergoyang saat embusan angin menerpa. Kekanan ia ikut,
ke kiri ia pun ikut. Namun melati tetap teguh pada pendiriannya, karena
kemanapun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya. Yang
seharusnya dapat di tiru oleh kita sebagai manusi. Dengan mengikuti arah kemana
takdir dan nasib yang membawanya. Namun, sama halnya dengan melati yang tetap
teguh pada pendirian yang akan kembali pada tangkainya meski tertiup
keasana-kemari. Begitu pun manusia harus memiliki pendirian yang teguh
selayaknya melati. Pada hujan ia menangis agar tak terlihat matanya meneteskan
air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya. Agar siapapun tak pernah
melihatnya bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula
air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia
senantiasa berharap hujan akan selalu datang, karena hanya hujan yang mau
memahami setiap tetes air matanya. Bersama hujan ia bisa menangis
sekeras-kerasnya untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan merasakan
setiap kegetiran. Karena hanya hujan yang selama ini berempati terhadap semua
rasa dan asanya. Pada hujan pula ia mendapati keteduhan, dengan airnya yang
sejuk.