Filosofi pohon kelapa
Filosofi pohon kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal
dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini
dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai
tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah
sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Tumbuhan ini diperkirakan
berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar
luas di seluruh pantai tropika dunia.Dalam filosofi Jawa, pohon kelapa ditandai
memiliki karakter kuat, pemaaf (tidak pendendam), ramah (tidak sombong), suka
mengalah, dan kaya manfaat.
Kuat adalah sifat yang erat melekat pada fisik
pohon ini karena postur pohon yang tinggi, gagah, tegak, teguh, besar, keras,
dan ditunjang oleh kekuatan akarnya yang mencengkeram tanah. Perlambang yang
bisa dicermati dari karakter fisik ini adalah kuatnya keimanan serta keteguhan
jati seseorang dalam menjalani hidupnya agar selalu berpegang pada syariat
agama yang dianutnya. Dengan demikian ia tidak akan mudah goyah (terpengaruh)
tapi justru bisa berpengaruh, sehingga tidak mudah ambruk atau patah semangat.
Pemaaf adalah sikap yang sulit untuk
dipraktekkan dalam hidup apabila kita memiliki sifat pendendam karena disakiti
oleh orang lain. Pohon kelapa mengajarkan kepada kita bagaimana menyikapi 'rasa
sakit' yang diakibatkan oleh orang lain dengan justru memberikan kemanfaatan
dirinya kepada 'yang menyakiti'. Sifat ini dilambangkan melalui tataran
(pijakan yang dibuat pemanjat pohon kelapa dengan cara membacok batang pohon
sepanjang arah ke atas pohon untuk mendapatkan sang buah). Sang phon tidak
merasa 'sakit' atau 'membalas' dengan perbuatan serupa. Sebaliknya, 'rasa
sakit' itu dibalasnya dengan 'rasa senang' yang diperoleh oleh orang yang
memanjat untuk mendapatkan buahnya. Dengan kata lain, kejelekan tidaklah
dibalas dengan kejelekan melainkan justru dengan kebaikan. Bisakah kita
memaafkan sebagaimana pohon kelapa melakukannya?
Ramah terlihat pada bagaimana gerakan daun
pohon kelapa (blarak) yang tertiup angin. Lambaian daun diibaratkan lambaian
tangan persahabatan yang membawa rasa damai persahabatan serta keramah-tamahan
meskipun posisi pohon adalah pohon yang paling tinggi dibandingkan dengan yang
di sekitarnya. Filosofi yang bisa kita pelajari adalah bahwa sebenarnya kita
diciptakan oleh Allah dalam kesetaraan, yaitu sama-sama makhluk Allah. Dengan
merasa setara orang akan bisa merasakan empati pada orang lain dan bisa
memiliki sikap ramah, bukan sombong. Artinya, bila kebetulan seseorang berada
pada puncak kedudukan atau memiliki derajat atau martabat yang lebih tinggi di
dalam masyarakat, hendaknya ia bisa menjaga sikapnya selalu dengan keramah
tamahannya sehingga ia akan jauh dari sikap sombong.
Mengalah adalah sikap yang dilambangkan oleh
pohon ini dengan mencermati posisinya ketika bergerombol. Ini akan terlihat
bagaimana selalu ada celah di antara tautan dua pohon. Perlambang ini
menunjukkan sifat yang benci perselisihan atau mengganggu kepentingan orang
lain, yaitu dengan sikap mengalah. Mengalah adalah sifat manusia yang luhur.
Kaya manfaat adalah sifat yang pasti tidak bisa
dihindari oleh pohon satu ini. Mulai dari pucuk hingga akar, pohon kelapa
memiliki manfaat tiada tara. Daunnya bisa digunakan untuk pembungkus makanan
tradisional yang lezat (ketupat, lepet, dll) dan hiasan untuk upacara adat.
Buahnya dimanfaatkan untuk masakan, makanan, dan minuman. Bahkan kulit buahnya
yang namanya sepet bisa diguakan untuk peralatan rumah tangga dan hasta karya
kerajinan. Kulit buahnya yang keras (batok) bisa untuk bahan bakar dapur (arang
batok) dan kerajinan. Kemudian, pohonnya bisa untuk membangun rumah dengan
sebutan kayu glugu yang terkenal kokohnya, dan masih banyak lagi.