Filosofi warna putih
Filosofi
warna putih
Warna
adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna
putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut.
Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang
gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780
nanometer.
Putih
telah diterima secara umum sebagai standar warna kertas dalam alat tulis.
Karena itu putih dipakai oleh pencetak untuk menentukan bidang yang tidak
dikenai tinta. Dalam membuat karya seni rupa, seniman biasanya mencampur putih
dengan warna lain untuk mendapat warna-warna yang disebut warna pastel, walaupun
tidak begitu tepat sebab tidak seluruh batangan pastel menghasilkan warna-warna
tersebut. Selain itu dalam penggunaan pastel atau akrilik, putih yang
ditimpakan secara kuat di atas warna yang telah kering akan menghasilkan efek
kilatan cahaya..
Secara
psikologis, pengaruh putih bisa bermacam-macam. Hal ini dipengaruhi terutama
oleh kebudayaan setempat. Misalnya di Eropa putih dianggap sebagai sesuatu yang
menenangkan, dingin, dan abadi karena berasosiasi dengan salju. Sementara di
Indonesia, Putih melambangkan kesucian. Dalam peralatan optis, warna bisa pula
berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah,
hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran
100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna
magenta.
Warna
putih menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas,
kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan,
cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk
menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan kesederhanaan dan
kebersihan.