Makalah gejala alam
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gejala
alam adalah peristiwa yang disebabkan oleh alam. Banyak gejala alam yang
terjadi di sekitar kita. Kita tentunya pernah membaca atau melihat berita
mengenai banjir, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Adapun didunia ini
terdapat dua gejala alam yakni gejala alam biotik dan abiotik . Gejala alam
abiotik adalah gejala yang memiliki sifat hidup, gejala alam ini adalah gejala
yang diakibatkan oleh perlilaku suatu mkhluk hidup disebuah lingkungan. contoh:
hama yang menyerang padi ynag berada disawah. Gejala alam biotik adalah gejala
yang tidak memiliki sifat hidup (mati), gejala alam ini adalah gejala ini tidak
diakibatkan oleh makhluk hidup artinya gejala ini diakibatkan oleh suatu benda
yang mati. Namun pada makalah ini, yang akan kami bahas adalah mengenai
persebaran gejala alam berupa atmosfer,litosfer dan hidrosfer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut prinsip geografi ?
2. Apakah yang dimaksud persebaran gejala
atmosfer?
3. Apakah yang dimaksud persebaran gejala
litosfer?
4. Apakah yang dimaksud persebaran gejala
hidrosfer?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian prinsip geografi.
2. Untuk mengetahui persebaran gejala atmosfer.
3. Untuk mengetahui persebaran gejala litosfer.
4. Untuk mengetahui persebaran gejala hidrosfer.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip
Geografi
Dalam
menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip
geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya :
adanya sebaran fenomena, gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran
fenomena atau gejala ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur :
ada yang mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan
fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua data,
fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi menjadi 2
kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri
dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari
:
a. Lingkungan sosial : terdiri dari :
kebiasaan, hukum, tradisi, dll.
b. Bentang alam budidaya terdiri dari :
pemukiman, persawahan, hutan buatan dll.
c. Masyarakat
Syarat
untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena yang
dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan
lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara detail disertai dengan gambar,
tabel, diagram, peta dsb. Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam
analisis fenomena geosfer berarti kita uraikan secara detail tentang gejala
atau fenomena yang dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai
tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh
: fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat yang
menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu kesatuan
hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan
jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst….dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya
hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang.
Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada
keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah.
Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena
dataran rendah… dst
4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari
sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan
menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita
mengunakan prinsip ini dalam menganalisis fenomena geosfer berarti
menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada. misalnya kita bicara
tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung kepada
fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang tertentu
pula.
B. Gejala Atmosfer
1. Pengertian
Atmosfer
Atmosfer
adalah lapisan udara yang menyelubungi bola bumi dan terdiri dari
bermacam-macam gas. Udara yang mengelilingi permikaan Bumi tersebut terdiri
dari bermacam-macam lapisan dan memiliki ciri sendiri-sendiri.
a.
Lapisan
Troposfer
Trofosfer merupakan lapisan paling bawah. Di
daerah kutub ketinggiannya mencapai 8 km, sedangkan di daerah khatilistiwa
ketinggiannya mencapai 18 km. Di dalam lapisan troposfer ini terjadi awan,
hujan, perubahan suhu udara, atau proses-proses yang menentukan cuaca.
b.
Lapisan
Stratosfer
Stratosfer adalah lapisan yang berada di atas
troposter. Pada bagian atas stratosfer terdapat lapisan ozon yang merupakan
pelindung bagi makhluk hidup di muka bumi dari radiasi ultra violet matahari.
c.
Lapisan
Mesosfer
Mesosfer berada diatas stratosfer. Pada
lapisan suhu udara mula-mula tinggi kemudian menurun dengan bertambahnya
ketinggian. Suhu bagian atas atau puncak mesosfer mencapai -90° celcius.
d.
Lapisan
Termosfer
Termosfer berada di atas Mesosfer. Pada
lapisan ini suhu semakin tinggi dengan bertambahnya ketinggian. Lapisan bagian
bawah dari termosfer ini disebut ionosfer dan sangat berperan dalam penyebaran
gelombang radio.
e.
Lapisan
Eksosfer
Eksosfer berada pada ketinggian 1000km dan
merupakan lapisan luar dari Atmosfer. Lapisan ini dapat menghancurkan
benda-benda angkasa luar yang melewatinya.
2. Cuaca dan Iklim
Pengertian
a.
Cuaca
adalah kondisi udara pada temperatur tertentu.
b.
Iklim
adalah keadaan cuaca pada wilayah dan waktu tertentu
Unsur-unsur
pembentuk cuaca dan iklim
a.
Temperatur
(suhu) udara, yaitu padas atau dinginnya udarar yang dinyatakan dengan derajat
(skala celcius, skala fahrenheit dan skala reamur).
b.
Kelembapan
udara, yaitu banyaknya uap air (moisture) yang dikandung oleh udara atau
atmosfer.
c.
Cuaca
hujan, yaitu jumlah air yang turun sebagai hujan di daerah tertentu dalam kurun
waktu tertentu.
d.
Tekanan
udara, yaitu tekanan yang ditimbulkan oleh udara yang menekan bumi.
e.
Angin,
yaitu udara yang bergerak mengikuti tinggi rendahnya tekanan udara.
Alat-alat pengukur
cuaca dan iklim
a.
Termometer adalah alat pengukur suhu udara
b.
Barometer adalah alat pengukur tekanan udara
c.
Higrometer adalah alat pengukur kelembaban udara
d.
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin
e.
Fluvlometer adalah alat pengukur curah hujan
3. Curah Hujan
Curah
hujan sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari endapan, yaitu titik-titik
air yang terdapat di awan dan jatuh di permukaan bumi. Banyak sedikitnya curah
hujan bergantung pada faktor-faktor kelembaban udara, topografi, arah dan
kecepatan angin, temperatur udara, arah lereng medan.
Menurut jenisnya tipe hujan terdiri dari tiga macam,
yaitu:
a.
Hujan Zenithal (konveksi)
Hujan
Zenithal atau hujan konveksi adalah hujan yang terjadi kerena udara permukaan
yang naik akibat pemanasan matahari menjadi lebih dingin dan mengembun.
b.
Hujan Orografis (hujan pegunungan)
Hujan
Orografis adalah hujan yang terjadi di daerah lereng pegunungan. Hujan ini
berasal dari gerakan udara yang mengandung uap air yang terhalang oleh
pegunungan.
c.
Hujan Frontal
Hujan
Frontal yaitu hujan yang terjadi akibat adanya pertemuan massa udara panas dan
massa udara dingin. Pada saat terjadi pertemuan tersebut massa udara yang lebih
panas dipaksa naik di atas massa yang lebih dingin. Batas antara massa udara
panas dan massa udara dingin itulah yang disebut Front.
4. Temperatur
udara, kelembaban udara dan tekanan udara
Temperatur
udara di berbagai tempat tidak sama dan selalu berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Faktor penyebabnya yaitu sumber panas yang berasal dari sinar matahari
kedudukannya berubah-ubah karena adanya rotasi dan revolusi bumi. Untuk
menghitung temperatur udara rata-rata suatu tempat dapat digunakan ketentuan
berikut ini:
Keterangan:
T = Temperatur udara rata-rata
H = Ketinggian suatu tempat
|
Dalam
Atmosfer selalu terdapat uap air. Kadar atau banyaknya upa air yang terdapat
dalam udara disebut kelembaban udara.
Kelembaban udara ada dua macam, yaitu:
- Kelembaban
mutlak (absolut), yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah uap air
dalam satuan gram pada satu meter kubik udara/
- Kelembaban
relatif (nisbi), yaitu angka dalam persen yang menunjukkan
perbandingan antara banyaknya uap air yang dikandung udara pada temperatur
tertentu dan jumlah uap air maksimum yang dikandung pada suhu yang sama.
Jika massa udara jenuh mengalami penurunan maka kelebihan jumlah uap air
akan berubah menjadi titik-titik air. Proses yang demikian dikenal sebagai
proses pengembunan atau kondensasi. Kelembaban udara
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
K = Kelmbabab relatif
T = Uap air yang dikandung udara pada
temperatur udara tertentu
P = Kapasitas kandungan uap air sesuai
dengan tabel
|
5. Angin
Angin
adalah udara yang bergerak mengikuti tinggi rendahnya tekanan udara, yaitu dari
daerah yang berteknan udara tinggi menuju ke daerah yang bertekanan rendah.
Pola angin yang ada di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu:
1). Angin Muson
Angin
muson adalah angin yang disebabkan oleh perbedaan suhu udara yang mencolok
antara daratan dan lautan. Angin ini juga disebut angin musim yang bertiup di
lautan Hindia dan berganti arah setiap enam bulan sekali. Angin muson yang
melewati Indonesia yaitu angin muson timur laut (terjadi pada bulan Oktober -
April) dan angin muson tenggara (Terjadi pada bulan April - Oktober)
2). Angin Lokal
Angin
lokal adalah angin yang bertiup dari suatu tempat ke tempat lain pada daerah
yang terbatas. Yang termasuk jenis lokal, yaitu:
Angin darat dan angin laut
a.
Angin
darat: angin yang bertiup dari daratan menuju ke laut dan terjadi pada malam
hari.
b.
Angin
laut: angin yang bertiup dari laut menuju ke darat yang terjadi pada siang hari
Angin lembah dan angin gunung
a.
Angin lembab:
angin yang bertiup dari lembah ke gunung dan terjadi pada siang hari
b.
Angin
gunung: angin yang bertiup dari gunung ke lembah yang terjadi pada malam hari.
6. Penyajian
informasi cuaca melalui berbagai media
Berbagai media
untuk memperoleh informasi cuaca, yaitu:
a.
Dengan
menggunakan sistem penginderaan jauh
Penginderaan
jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang cuaca objek, daerah atau fenomena dengan jalan analisis data yang
diperoleh melalui alat perekam (sensor) yang menggunakan gelombang
elektromagnetik sebagai media perantaranya tanpa menyentuh objek tersebut.
berdasarkan wahana yang digunakan, data pengideraan jauh yang diperoleh dari:
wahana Angkasa
wahana Antariksa
b.
Dengan
menggunakan peta
Peta merupakan sarana untuk
mengintepretasikan berbagai informasi di mana salah satunya adalah informasi
cuaca.
C. Persebaran Gejala Litosfer
1. Pengertian
Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan
sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya
batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi
yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada
umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya
lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan
rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan
daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan
lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer
Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan
terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang olehastenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah,
lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer
dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam
jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena
retakan-retakan, sednagkan astenosfer berubah seperti cairan kental.Litosfer
terpecah menjadi beberapa lempeng
tektonikyang mengakibatkan
terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer.
Konsep
litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan
oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis
serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada
keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia
memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan
lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini
lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas
oleh ahli geologi dangeofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer
berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep
mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer)
tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer,yaitu :
c.
Litosfer
samudra memiliki ketebalan 50-100 km, sementara litosfer benua memiliki
kedalaman 40-200 km. Kerak benua dibedakan dengan lapisan mantel atas karena
keberadaan lapisan
Mohorovicic
Perlu
anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja berupa
batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu
gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya.Tebal kulit bumi tidak merata, kulit
bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal dari di bawah samudra.
2. Batuan Pembentuk
Litosfer
Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat
dibagi menjadi tiga bagian :
(1) Batuan Beku; Ini dikarenakan magma mengalami pendinginan dan zat cair pijar
berangsur-angsur menjadi dingin dan beku :
(a) Batuan beku dalam
(plutonik)Hasil pembekuan magma di dalam litosfer, sehingga proses
pendinginannya sangat lambat.Menghasilkan : batuan beku dengan kristal penuh
yang besar-besar (holokristalin).
(b) Batuan beku korok
(porfirik)Pembekuannya berlangsung lebih cepat karena magma telah meresap
diantara lapisan-lapisan litosfer.
(c) Batuan beku luar
(episif)Magma berubah menjadi larva yang meleleh, dan proses pembekuan larva di
permukaan bumi menjadi cepat.Menghasilkan : lelehan batuan beku dengan kristal
yang halus bahkan ada yang tidak berkristal.
(2) Batuan Sedimen (Endapan)
Berasal dari batuan beku yang telah
tersingkap oleh tenaga dari luar akan diangkut ke tempat lain dan di tempat
baru itulah lalu diendapkan.
a.
Batuan
sedimen klitik à pasir
b.
Batuan
sedimen kimiawi à stalaktit dan stalakmit
c.
Batuan
sedimen organik à lapisan humus dari hutan
(3) Batuan Malihan
Terjadi
karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi sehingga menempatkan dan meremukkan
batuan yang sudah ada sebelumnya, baik itu yang berupa batuan beku atau batuan
endapan.Dengan adanya berbagai proses pembentukan jenis-jenis batuan di atas,
akan menghasilkan material-material yang bernilai ekonomis tinggi.
3. Bentuk
Muka Bumi
A. Tenaga endogen adalah
tenaga yang berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun permukaan bumi.
Tenaga endogen terdiri dari tenaga tektonis, vulkanis dan gempa bumi.
a. Tenaga
tektonis
Tenaga tektonis merupakan tenaga dari dalam
bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak lapisan permukaan bumi secara
mendatar atau vertikal, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan batuan atau
tidak.
Gerakan tektonis dibedakan menjadi dua yaitu
:
1) Tektonis
epirogenesa
Tektonis epirogenesa adalah proses perubahan
bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga yang lambat dari dalam dengan arah
vertikal. Epirogenesa ada dua macam, yaitu :
a. Epirogenesa positif adalah gerakan dengan
arah ke bawah menyebabkan daratan mengalami penurunan dan seolah-olah permukaan
laut menjadi naik.
b. Epirogenesa negatif adalah gerakan
dengan arah keatas menyebabkan naiknya permukaan daratan dan seolah-olah
permukaan laut menjadi turun.
2) Tektonis
orogenesa
Tektonis orogenesa adalah pengerahan lempeng
tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah yang sempit. Tektonik orogenesa
merupakan proses pembentukan gunung atau pegunungan akibat adanya tabrakan
lempeng benua. Contoh tektonik orogenesa adalah deretan pegunungan mediterania
yang memanjang dari pegunungan atlas di Afrika sampai wilayah Indonesia.
B.
Tenaga vulkanis
Vulkanis atau bersifat gunung api dapat
diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma di dalam
litosfer hingga keluar sampai ke permukaan bumi. Magma adalah bahan batuan
pijar yang dapat berupa benda cair, padat dan gas yang berada dalam kerak bumi.
Ilmu yang mempelajari gunung berapi adalah vulkanologi.
Terdapat 2 gerakan magma, yaitu :
1) Intrusi
magma
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma
melalui retakan dan celah pada lapisan batuan pembentuk litosfer. Proses
intrusi terjadi akibat tekanan gas-gas yang mengandung magma.
2) Ekstrusi
magma
Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma
ke permukaan bumi
C. Gempa
Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang dapat
dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama yang berasal dari
dalam lapisan-lapisan bumi. Secara umum penyebab terjadinya gempa bumi dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Gempa tektonis
Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh
proses tektonik, yaitu gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi secara
tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergerakan.
b. Gempa vulkanis
Gempa vulkanis adalah gempa yang disebabkan
oleh adanya letusan atau retakan yang terjadi di dalam struktur gunung berapi.
c. Gempa runtuhan
Gempa runtuhan disebabkan oleh adanya
longsoran massa batuan, intensitas gempa runtuhan sangat kecil sehingga tidak
terasa pada jarak yang jauh. Gempa runtuhan disebut juga dengan gempa terban.
2. Tenaga eksogen ialah
tenaga yang mengubah muka bumi atau bentuk relief yang berasal dari luar bumi.
Pada dasarnya tenaga eksogen itu meliputi :
a. Pelapukan
Yang dimaksud dengan pelapukan adalah
hancurnya batuan dari gumpalan besar menjadi butiran yang lebih kecil.Pelapukan
itu sendiri dibagi menjadi 3 macam yakni :
(a) Pelapukan mekanik
(b) Pelapukan kimiawi
(c) Pelapukan organik
b. Pengikisan
Pengikisan ini terjadi karena media alam yang
bergerak seperti sungai, angin dan gletser. Pengikisan terjadi setelah media
tersebut melalui batuan atau tempat lain yang menjadi jalur gerak media
tersebut.
c. Pengangkutan sambil
mengikis
Pengangkatan material yang sudah lapuk
dilaksanakan oleh :
- air
mengalir
- angin
- gletser
- gravitasi
d. Pengendapan
Di tempat aliran air, gletser atau angin
berhenti atau bertambah lemah, barang angkutannya ditinggal. Lama-lama barang
angkutan dari gletser, aliran air atau angin tersebut akan membentuk suatu
bentukan-bentukan.
e. Bentuk muka bumi
Bentuk muka bumi dihasilkan dari
proses-proses “endogen” yang membentuk bentukan baru pada permukaan bumi.
Kemudian bentuk itu diteruskan oleh “tenaga eksogen” yang merusak bentukan baru
tersebut. Sehingga membentuk lipatan-lipatan maupun pahatan. Hasil dari tenaga
endogen dan eksogen itu ialah :
- pegunungan
- gunung
- daratan
tinggi dan rendah
- penelplain
dan delta
- pantai
4. Degradasi Lahan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
Kerusakan
lahan disebabkan oleh makin tingginya tekanan penduduk terhadap penggunaan
lahan. Di Indonesia perubahan penggunaan lahan telah mencapai 25.000 hektar per
tahun. 15.000 hektar diantaranya terjadi di Pulau Jawa. Sedangkan di luar pulau
Jawa telah terjadi pembukaan hutan seluas 900.000 hektar per tahun.
Degradasi
lahan adalah menurunnya kualitas lahan sehingga berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas lahan tersebut. Hal itu menyebabkan terbentuknya kualitas
lingkungan yang lebih rendah dengan dampak negatif yang makin meningkat.
Kondisi ini tentu akan sangat merugikan kehidupan saat ini. Apalagi untuk
generasi mendatang. Degradasi lahan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti
menyusutnya sumber air permukaan dan sumber air tanah, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya.
Dampak negatif dari terjadinya erosi pada
lahan antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan
kesuburan tanah
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah
atas yang subur dan menyisakan tanah pada lapisan bawah yang tidak subur.
2. Menurunnya
produktivitas
Hilangnya kesuburan lahan akibat erosi sangat
berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Hal ini akan terlihat jelas pada
daerah-daerah yang mengalami erosi.
D.Persebaran Gejala Hidrosfer
1.Pengertian
Hidrosfer
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah
atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk
bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai,
gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir
tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi
kita ini adalah planet air. Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan
senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi,
siklus air atau daur hidrologi. Untuk keperluan pemahaman
praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan beberapa cabang ilmu, antara
lain sebagai berikut :
- Hidrometeorologi, yaitu
ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur2 meteorologi dan siklus
hidrologi yang ditekankan kepada hubungan timbal balik.
- Potamologi, yaitu ilmu
yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah, baik yang melalui
saluran, maupun yang tidak melalui saluran.
- Geohidrologi, yaitu
ilmu yang mempelajari keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah
permukaan tanah.
- Limnologi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang seluk beluk air yang berada di danau.
- Oseanologi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang keadaan air di lautan.
Siklus air
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
- Siklus Air Kecil, yaitu
air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan, lalu jatuh
ke laut.
b.
Siklus Air Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi
dan dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai
hujan, lalu masuk ke tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.
c.
Siklus Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian
membentuk kristal2 es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan
tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk
ke sungai, lalu kembali ke laut.
Terjadinya siklus air tersebut disebabkan
oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara
lain :
- Evaporasi, yaitu
penguapan benda2 abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi
gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari penguapan air laut.
- Transpirasi, yaitu
proses pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
- Evapotranspirasi, yaitu
proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
- Kondensasi, yaitu proses
perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
- Adveksi, yaitu
transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan
uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
- Presipitasi, yaitu
segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan
air, hujan es, dan hujan salju.
- Run Off (Aliran Permukaan), yaitu
pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
- Infiltrasi, yaitu
perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
Di
dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi
adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah
proses berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air
yang ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3.
Sekitar 1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya
terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air
yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat
(es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan.
Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut
membeku (freezing), atau
sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair
tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak
kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke
dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut berubah
menjadi uap air atau sekitar 1.000 km3 setiap hari, dan sisanya
70.000 km3menguap dari daratan (termasuk penguapan dari tanaman yang
disebut dengan Transpiration).
Uap air
yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi). Jika temperatur udara
terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan semakin
besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi
sebagai hujan (precipitation).
Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara
karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap
tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000 km3,
yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000
km3 jatuh di daratan. Persebaran air yang berada di muka bumi
secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5 %, air sungai, air
danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001 %.
2. Air
Permukaan.
Air
permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi
(peresapan), atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke
permukaan bumi sebagai mata air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan
mengalir sebagai air permukaan.
Macam-macam
air permukaan :
A. Sungai
Sungai
adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di
laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran
yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan,
limpasan dari anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.
Pada
umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula sungai2
yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang
amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai
ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2
yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak
meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke
atmosfer.
Besarnya
volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat
di bagian hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang
besar berarti debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit
airnya kecil.
Besar
kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut :
- Iklim, usur iklim sangat
berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan (Presipitasi)
dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada
dalam sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi lebih
besar dibandingkan besarnya evaporasi yang mengakibatkan debit air menjadi
besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya, pada musim
kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga
debit air semakin kecil.
- Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas
dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air
sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi
untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya
melalui sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi
mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan
bumi yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas
disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir perbukitan
atau pegunungan. DAS yang luas berarti memiliki daerah tangkapan hujan
yang luas pula, sehingga debit air sungai yang mengalir pada DAS itu akan
lebih besar.
Ada
berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
- Sungai Consequent Lateral, yakni
sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli yang ada di permukaan
bumi seperti dome,
blockmountain, atau dataran yang baru terangkat.
- Sungai Consequent Longitudinal, yakni
sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang
pegungungan).
- Sungai Subsequent, yakni
sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya
akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan
erosi se samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran
baru yang mengikuti arah strike (arah
patahan).
- Sungai Superimposed, yakni
sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan
batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat
mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula
tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan
struktur batuan.
- Sungai Antecedent, yakni
sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pangangkatan
yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut
berjalan dengan lambat.
- Sungai Resequent, yakni
sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan patahan) dari formasi2 daerah
tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral. Sungai resequent ini
terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai
subsequent.
- Sungai Obsequent, yakni
sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan
dip dari formasi2 patahan.
- Sungai Insequent, yakni
sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata. Sungai ini
tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir
dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
- Sungai Reverse, yani
sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan,
sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
- Sungai Composit, yakni
sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya.
Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.
- Sungai Anaclinal, yakni
sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah
pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
- Sungai Compound, yakni
sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
Ada
berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
- Pararel, adalah pola
aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali,
sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil
jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola
ini misalnya dapat terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang
lereng aslinya miring sekali kea rah laut.
- Rectangular, adalah
pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan,
baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini
merupakan pola aliran siku2.
- Angulate, adalah pola
aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau lebih
besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih
mengikuti garis2 patahan.
- Radial Centrifugal, adalah
pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai
stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
- Radial Centripetal, adalah
pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung
berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
- Trellis, adalah pola
aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir sepanjang
lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
- Annular, adalah
variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang
sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent,
subsequent, resequent dan obsequent.
- Dentritic, adalah pola
aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang
batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga
sungai2nya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus
dan pendek.
Macam-macam sungai
berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut:
- Sungai Episodik, yaitu
sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada
musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera,
dan Kalimantan.
- Sungai Periodik, yaitu
sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim
kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur,
Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai
mata air dari daerah2 yang hutannya sudah gundul.
Macam-macam
sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
- Sungai Tadah Hujan, yaitu
sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di
Pulau Jawa.
- Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu
sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang
mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari
gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.
Bagian-bagian
pada daerah aliran sungai, yaitu :
1) Bagian Hulu Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata
air, merupakan sungai dalam stadium muda, dengan ciri2 :
- Pengikisan
kearah dalam atau vertikal.
- Aliran
airnya deras
- Tebingnya
curam
- Tidak
terjadi proses pengendapan/sedimentasi
- Belum
terdapat teras2 sungai.
2) Bagian Tengah Sungai.
Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai
dan disebut stadium dewas, dengan ciri2 :
a.
Pengikisan
ke arah dalam dan samping
b.
Alirannya
kurang begitu jelas
c.
Banyak
terjadi pengendapan
d.
Terdapat
teras2 sungai.
e.
Terbentuknya
pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3) Bagian Hilir Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan
disebut stadium tua dengan ciri2 :
- Pengikisan
tidak terjadi
- Aliran
air tenang
- Banyak
terjadi pengendapan
- Teras2
sudah tidak jelas
- Sungai
banyak berkelok-kelok
- Terdapat
beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
3.
Danau.
Danau
ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air
tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai
air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen,
artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau
itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu
umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2
tertentu kering.
Menurut macam
airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
1) Danau Air Asin.
Pada
umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid,
di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran.
Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar
danau tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid
yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah
Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut
asam), kadar garamnya 32 %.
2) Danau Air Tawar.
Danau
air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada umumnya,
danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya
kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya,
danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1) Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu
danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah luas
di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah
danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
2) Danau Lembah Gletser, setelah
zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan
diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan
laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau
Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
3) Danau Tektonik, adalah danau yang
terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan terperosoknya sebagian
kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar. Contoh danau tektonik
adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
4) Danau Dolina/Karst, adalah danau
yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga membentuk cekungan2 yang
yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan di daerah
pegunungan kapur.
5) Danau Hempangan/Bendungan, adalah
danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai terbendung oleh lava, sehingga
airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau laut tawar di Aceh
dan Tondano.
6) Danau Buatan, adalah danau yang
dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan, pembangkit
tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek Asahan
dll.
4.Rawa
Rawa
adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.
Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu:
a. Rawa
yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang
airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kerena lahannya tertutup
tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit
terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat keasaman
(pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
b.
Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang
berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif
mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar di
daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang
menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam adalah
banyaknya pohon2 rumbia.
MORFOLOGI PESISIR
PANTAI
Laut
menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan
disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut
di permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan
sebesar 60%, sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar
80%.
Kedalaman
laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula yang
dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief
dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari
kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2 hanya
840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai
kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung Everest,
yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Untuk
mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga dalamnya
laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Batu Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara
mengukur kedalaman laut yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung
tali dan sebuah tabung beserta alat pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem
ini memerlukan waktu yang lama karena untuk mengukur kedalaman laut sampai 5000
m saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu, kedalaman laut yang
sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering
condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2) Gema Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan
mulai digunakan sejak tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan
penerima gelombang suara. Suara dari alat pengirim akan merambat ke dasar laut
dan sesampainya di dasar laut dipantulkan kembali ke atas. Pantulan kembali
gema suara akan diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga
sering dinamakan hidrofon.
Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka dapat diketahui
kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut 1.500 m/det,
dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
D = t x
v
Keterangan :
D
= kedalaman laut
t
= jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan gema
suaranya.
v
= kecepatan suara dalam air.
Contoh :
Waktu
antara dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh
hidrofon di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t x
v = 1500 x 7 = 5.250 meter
Dengan
waktu hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah dapat
diketahui.
Berdasarkan
letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1) Laut Tepi.
Laut tepi merupakan laut yang berada di tepi
benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari samudera. Contoh dari laut ini adalah
Laut Cina Selatan yang terletak di tepi Benua Asia.
2) Laut Pedalaman.
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir
seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau terletak di tengah2 suatu benua. Laut
yang masuk jenis ini adalah laut hitam yang terletak di tengah Benua Asia, juga
Laut Adriatik.
3) Laut Tengah.
Laut tengah merupakan lautan yang memisahkan
dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah (Mediterania) yang memisahkan Benua
Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang memisahkan Benua Asia dengan
Australia.
4) Selat.
Selat merupakan laut sempit yang terletak di
antara dua pulau atau dua benua. Misalnya selat Sunda yang terletak di antara
pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5) Teluk.
Teluk merupakan laut yang menjorok ke
daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam yang terdapat di Thailand.
Pembagian
laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi
beberapa zona sebagai berikut :
1) Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu
bagian cekungan lautan yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut.
2) Zona Epineritik, yaitu bagian
cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat paling dalam yang masih dapat
dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai sedalam 50 m).
3) Zona Neritik, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
4) Zona Batial, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000 m.
5) Zona Abisal, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000m.
Pembagian laut
menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu sebagai
berikut :
1) Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu
laut yang terjadi karena perubahan permukaan air laut positif, baik yang
disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut itu sendiri atau oleh turunnya
daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari daratan digenangi air. Laut
jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir zaman glacial. Contoh : Laut Utara
dan Laut Jawa.
2) Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut
ini terjadi karena turunnya tanah sebagai akibat tekanan vertikal (gaya
endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh : laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut
Tengah.
3) Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut
ini terjadi karena laut mengalami proses penyempitan akibat adanya endapan2 di
laut yang dibawa sungai sehingga laut tersebut mengalami pendangkalan.
Contohnya : Selat Malaka.
Arus laut adalah aliran air laut yang
mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan teratur. Gerak aliran arus laut
dapat disamakan dengan aliran air sungai, tetapi aliran arus laut lebih lebar.
Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu, dan cara terjadinya.
- Menurut
letaknya
1) Arus bawah ialah arus laut yang
bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus bawah di Selat Gibraltar.
2) Arus atas ialah arus laut yang bergerak di
permukaan laut, misalnya arus Kalifornia.
- Menurut
suhunya.
1) Arus panas ialah bila suhu arus air
laut lebih panas daripada suhu air laut di sekitarnya, misalnya arus teluk.
2) Arus dingin ialah bila suhu arus
laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya arus Labrador.
- Menurut
terjadinya.
1) Arus
karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
2) Arus
karena dingin
3) Arus
karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4) Arus
karena pengaruh daratan/benua.
5) Arus
karena pasang naik dan surut.
Kecerahan atau warna air laut
tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di laut. Warna air laut
ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
1) Pada umumny lautan berwarna biru,
hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru)
dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
2) Warna kuning, karena dasarnya terdapat
lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina (sungai Huang Ho).
3) Warna hijau, karena adanya plankton2
dalam jumlah besar.
4) Warna putih, karena permukaannya selalu
tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan Selatan.
5) Warna ungu, karena adanya organism
kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut Ambon.
6) Warna hitam, karena dasarnya terdapat
lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
7) Warna merah, karena banyaknya
binatang2 kecil berwarna merah yang terapung-apung, misalnya laut merah.
Salinitas atau kadar garam air laut
adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang terdapat dalam satu liter
air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan di daratan. Hasil2
pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air sungai di
larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat laut
memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada air laut dalam,
nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah 35%.
Menurut Clarke, di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
1)
Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2)
Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3) Kalium
Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4)
Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5)
Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6)
Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7)
Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar garam di laut tidak
besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses penguapan bila dibandingkan
dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar garam di laut ditentukan
oleh faktor2 berikut :
1) Banyak
sedikitnya air yang berasal dari gletser
2) Besar
kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3) Besar
kecilnya penguapan di tempat tersebut
4) Besar
kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
Mineral laut
berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Mineral itu antara lain
adalah :
1) Garam, tempat2 pembuatan garam
dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
2) Kapur, berasal dari kerang,
globigerine (foraminifera), dan
sebagainya.
3) Kalium karbonat, berasal dari
sebangsa lumut (potash)
4) Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan kotoran burung
pemakan ikan, dan biasanya untuk pupuk.
Kekayaan fauna dan
flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya organisme laut dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1) Bentos, ialah binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut.
Bentos ini dapat pula dibagi menjadi dua golongan yaitu :
(1) bentos sesial, yang hidupnya terikat pada suatu tempat, misalnya
tiram, koral, jenis2 brochipoda dan sebagainya, dan
(2)bentos
vagil, yang bergerak di dasar laut, misalnya landak laut, siput
laut, dan sebagainya.
2) Pelagos, ialah organisme yang hidupnya tak tergantung pada
dasar laut dan umumnya menjadi penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang mempunyai alat badan
sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah tertentu yang
menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik bagi mereka.
Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah golongan organisme
yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak. Gerakan mereka
bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan suhu. Contoh :
jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan tumbuh2an
yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga binatang2 bersel
banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil. Sama halnya dengan di daratan,
di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari sisa2 organisme yang
mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan lumpur berturut-turut dari
pantai ke laut dalam, yaitu :
- Endapan Lumpur Terigen, endapan
yang terdiri dari materi2 halus, terutama materi2 dari daratan yang dibawa
oleh sungai2.
- Endapan Lumpur Globigerina, yaitu
endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan tumbuhan2 yang telah mati,
terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam kersik. Lumpur
globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang dalamnya antara
2000 m sampai 4000 m.
- Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu
endapan yang sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam
laut dan sebagian berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang
berangka zat kersik. Endapan ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 –
7.000 m) dan tidak terdapat kapur atau persenyawaan2 kapur
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gejala alam adalah peristiwa yang
disebabkan oleh alam. Banyak gejala alam yang terjadi di sekitar kita. Kita
tentunya pernah membaca atau melihat berita mengenai banjir, gunung meletus,
ataupun gempa bumi. Adapun didunia ini terdapat dua gejala alam yakni gejala
alam biotik dan abiotik .
3.2
Saran
Dalam mempelajari materi ini
diperlukan ketelitian, agar dapat memahami pembelajaran dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Katino.
2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Surakarta: Pabelan Cerdas
Nusantara.
Sardiman,
dkk. 2004. Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Santi
Dewiki. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sutikna
dan Sudibyakto. 2006. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Klaten:
Cempaka Putih.