PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK TABEL
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-7778601764325835",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-7778601764325835",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
MODUL 2
PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK TABEL
KEGIATAN BELAJAR 1
Macam-Macam Peyajian Data dalam
Bentuk Tabel
Kita mempunyai sekumpulan data dan masih belum tersusun
secara teratur. Untuk keperluan penganalisisan, biasanya data itu disusun dalam
sebuah tabel. Oleh karena itu, kegiatan belajar ini akan menjelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan penyajian data dalam bentuk tabel, seperti aturan-aturan
dalam pembuatan tabel, macam-macam tabel dan cara membuat tabel distribusi
frekuensi.
A. ATURAN-ATURAN PEMBUATAN TABEL
Sebuah tabel biasanya terdiri dari
beberapa baris dan beberapa kolom. Dalam hal ini, untuk membuat sebuah tabel
yang benar diperlukan aturan-aturan sebagai berikut :
1. Judul
Tabel
Dalam judul tabel harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Harus
ditulis ditengah-tengah bagian teratas.
b. Diberi
nomor agar lebih mudah dalam pencarian tabel. Biasanya nomor itu meliputi bab berapa materi itu sedang dibahas
dan nomor urut tabel itu sendiri.Contoh:daftar 1(2) artinya tebel itu membahas
materi Bab I dan urutan tabel kedua yang dibahas.
c. Ditulis
denga huruf besar semua.
d. Ditulis
secara singkat dan jelas meliputi : masalah apa, dimana masalah itu terjadi,
kapan masalah itu terjadi dan satuan dari objek yang dipermasalahkan (bila
ada).
e. Dapat
ditulis dalam beberapa baris, dengan tiap barisnya menggambarkan sebuah kalimat
yang lengkap.
f. Sebaliknya
tiap baris jangan dilakukan pemisahan kata.
Contoh 2:
Daftar
2(1)
BERAT
BADAN MAHASISWA PROGRAM S-1 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN 1991 (dicatat
dalam Kg)
2.
Judul Baris
a.
Ditulis secara singkat dan jelas
b.
Dapat ditulis dalam beberapa baris
c.
Sebaliknya jangan dilakukan pemisahan
bagian kata.
3.
Judul Kolom
a.
Ditulis secara singkat dan jelas
b.
Dapat ditulis dalam beberapa baris
c.
Sebaliknya jangan dilakukan pemisahan
bagian kata.
4.
Disebelah kiri bawah tabel biasanya
terdapat bagian untuk menuliskan catatan yang diberikan (bila perlu), atau bisa
juga kata "Sumber" yang menjelaskan dari mana data itu dikutip . Jika
kata "Sumber " itu tidak ada ini berarti bahwa
pemakai data itu sendiri yang mengumpulkan datanya (bisa berupa data fiktif
atau data yang benar-benar hasil penelitiannya).
5.
Jika ada data mengenai waktu, maka waktu
hendakanya disusun secara berurutan.
Misalnya :
a.
Senin, Selasa, Rabu, dan seterusnya
b.
2000, 2001, 2002 dan seterusnya
c.
Januari, Februari, Maret, dan
seterusnya.
6.
Jika ada data mengenai kategori, maka
kategori disusun menurut kebiasaan.
Misalnya :
a.
Laki-laki dahulu, kemudian perempuan.
b.
Besar dahulu, kemudian kecil
c.
Untung dahulu, kemudian rugi
d.
Bagus dahulu, kemudian rusak/jelek.
B. MACAM-MACAM TABEL
Untuk menyusun
sekumpulan data yang urutannya belum tersusun secara teratur kedalam bentuk
dari kategori terkecil hingga terbesar atau kategori terendah higga tertinggi
sebaiknya data itu disajikan dalam sebuah tabel. Dalam hal ini, tabel yang
biasa digunakan ada tiga macam tabel:
1. Baris
kolom
2. Kontingensi
dan
3. Distribusi
frekuensi
Contoh 3:
Berikut
ini diberikan data mengenai jumlah lulusan mahasiswa progam D-2, Program D-3
dan program S-1 dari empat jurusan yang ada di FMIPA sebuah IKIP selama
setahun. Dari jurusan pendidikan biologi telah meluluskan 90 orang yang
diperinci : 15 orang laki-laki lulusan S-1, 20 orang perempuan lulusan S-1, 10
orang laki-laki lulusan D-3, 17 orang perempuan lulusan D-3, 10 orang laki-laki
lulusan D-2 dan 18 orang perempuan lulusan D-2. Dari jurusan pendiidkan fisika
telah meluluskan 99 orang yang diperinci : laki-laki lulusan S-1 sebanyak 10
orang, 17 orang perempuan lulusan S-1, 14 orang laki-laki lulusan D-3, 22 orang
perempuan lulusan D-3 , 18 orang laki-laki lulusan D-2 dan 18 orang perempuan
lulusan D-2.
Dari
jurusan pendidikan kimia telah meluluskan sebanyak 88 orang yang diperinci : 12
orang laki-laki lulusan S-1, 12 orang perempuan lulusan S-1 , 12 orang laki-aki
lulusan D-3, 18 orang perempuan lulusan D-3 , 18 orang laki-laki lulusan D-2dan
16 otrang perempuan lulusan D-2
Dari
jurusan pendidikan matematika telah meluluskan sebanyak 104 orang yang
diperinci : 18 orang laki-laki lulusan S-1, 25 orang perempuan lulusan S-1, 15
orang laki-laki lulusan D-3, 15 oranf perempuan lulusan D-3, 16 orang laki-laki
lulusan D-2 dan 15 orang perempuan lulusan D-2.
Jika
kita memperhatikan data diatas maka kita akan mengalami kesukaran dalam
membandingkan lulusan mahasiswa anatara jurusan yang satu dengan jurusan yang lainnya
untuk mengatasinya disusunlah data diatas ke dalam sebuah tabel sebagai berikut
:
Daftar
2(1)
Jumlah
lulusan mahasiswa S-1 ,D-3 , dan D-2 dari empat jurusan di FMIPA sebuah IKIP
selama satu tahun
Jurusan
|
S-1
|
D-3
|
D-2
|
Jumlah
|
|||
Laki
|
P
|
Laki
|
P
|
Laki
|
P
|
||
Biologi
|
15
|
20
|
10
|
17
|
10
|
18
|
90
|
Fisika
|
10
|
17
|
14
|
22
|
18
|
18
|
99
|
Kimia
|
12
|
12
|
12
|
18
|
18
|
16
|
88
|
Matematika
|
18
|
25
|
15
|
15
|
16
|
15
|
104
|
Jumlah
|
55
|
74
|
51
|
72
|
62
|
67
|
381
|
Dari
daftar 2(1) diperoleh penafsiran sebagai berikut .
1. 24%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berasal dari jurusan pendidikan biologi

2. 26%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berasal dari jurusan pendidikan fisika

3. 23%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berasal dari jurusan pendidikan kimia

4. 27%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berasal dari jurusan pendidikan matematika

5. 14%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berasal dari program S-1

6. 44%
(
) dari jumlah lulusan
FPMIPA berjenis kelamin laki-laki.

Dan
masih banyak lagi penafsiran yang dapat dibuat. Dalam hal ini data diatas
disajikan dalam tabel baris kolom. Data dalam contoh 3 dapat disajikan dalam
tabel kontingensi ukuran 4x3seperti namoak dalam daftar 2(2)
Daftar
2(2)
Jumlah
lulusan mahasiswa S-1, D-3 , dan D-2 dari empat jurusan FMIPA sebuah IKIP
selama satu tahun.
Progam
jurusan
|
S-1
|
D-3
|
D-2
|
Jumlah
|
Biologi
|
35
|
27
|
28
|
90
|
Fisika
|
27
|
36
|
36
|
99
|
Kimia
|
24
|
30
|
34
|
88
|
Matematika
|
43
|
30
|
31
|
104
|
Jumlah
|
129
|
123
|
129
|
381
|
C. TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Masalah-masalah yang
akan dibhaas dalam tabel distribusi frekuensi ada empat :
1. Pengertiannya
2. Istilah-istilah
yang ada didalamnya
3. Cara
pembuatannya, dan
4. Penafsirannya.
Sebelum
dibahas mengenai tabel distribusi frekuensi ada tiga istilah yang perlu dibahas
yaitu array, baik untuk data tersebar
maupun data terkelompok. Array adalah
penyusunan sekelompok data menurut urutan nilainya, mulai dari nilai data yang
terkecil sampai nilai data yang terbesar
Data
tersebar adalah data yang nilai-nilainya belum disusun dalam tabel distribusi
frekuensi. Data terkelompok adalah data yang nilai-nilainya sudah disusun dalam
tabel distribusi frekuensi.
Untuk
memberikan pengertian mengenai tabel distribusi frekuensi, sebenarnya setiap
orang dapat mendefinisikannya berdasarkan bentuk umumnya. Oleh karena itu,
berikut ini akan diberikan bentuk umum dari tabel distribus frekuensi, seperti
nampak dalam daftar 2(3).
Daftar 2(3)
Bentuk
umum tabel distribusi frekuensi
Nilai data
|
Frekuensi
|
|
a-b
|
f1
|
|
c-d
|
f2
|
|
e-f
|
f3
|
|
g-h
|
f4
|
|
i-j
|
fi
|
|
Jumlah
|
![]() |
Dari
bentuk umum diatas tabel distribusi frekuensi dapat didefinisikan sebagai
sebuah tabel yang berisi nilai-nilia data dengan nilai-nilai tersebut
dikelompokkan ke dalam interval-interval dan setiap interval nilai
masing-masing mempunyai frekuensinya.
Mungkin
ada orang yang akan mendefinisikan tabel distribusi frekuensi berbeda dari
definisi diatas. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan pemberian definisi
tersebut harus sesuai dengan bentuk umumnya.
Dalam
tabel distribusi frekuensi, ada beberapa istilah yang digunakan didalamnya,
antara lain:
1. Kelas
interval adalah kelompok nilai data yang berupa interval dari daftar 2(3) tabel
distribusi frekuenis terdiri dari lima kelas interval .
a-b merupakan kelas
interval pertama,
c-d merupakan kelas
interval kedua,
e-f merupakan kelas
interval ketiga,
g-h merupakan kelas
interval keempat, dan
i-j
merupakan kelas interval kelima.
2. Ujung
bawah adalah bilangan yang terdapat disebelah kiri interval nilai data untuk
setiap kelas interval . dari bentuk umum dalam daftar 2(3) maka ujung-ujung
bawahnya adalah :a,c,e,g,i
a
merupakan ujung bawah kelas interval pertama,
b
merupakan ujung bawah kelas interval kedua,
c
merupakan ujung bawah kelas interval ketiga,
d
merupakan ujung bawah kelas interval keempat,
e
merupakan ujung bawah kelas interval kelima,
3. Ujung
atas adalah bilangan yang terdapat disebelah kanan interval nila data untuk
setiap kelas interval. Dari bentuk umum dalam daftar 2(3) maka ujung-ujung
atasnya adalah : b,d,f,h,j
b
merupakan ujung atas kelas interval pertama,
d
merupakan ujung atas kelas interval kedua,
f
merupakan ujung atas kelas interval ketiga,
h
merupakan ujung atas kelas interval keempat,
j
merupakan ujung atas kelas interval kelima.
4. Batas
bawah adalah bilangan yang diperoleh dengan cara ujung bawah dikurangi
ketelitian data yang digunakan. Dalam hal ini ketelitian data yang digunakan
bergantung pada pencatatan datanya.
a. Jika
data yang digunakannya dicatat dalam bilangan bulat, maka ketelitian datanya
0,5.
b. Jika
data yang digunakannya dicatat dalam bilangan satu desimal, maka ketelitian
datanya 0,05.
c. Jika
data yang digunakannya dicatat dalam bilangan dua decimal, maka ketelitian
datanya 0,005.
d. Dan
seterusnya
Jika
datanya dicatat dalam bilangan bulat, maka dari bentuk umum pada daftar 2(3)
batas-batas bawahnya adalah :
a-0,5
merupakan batas bawah kelas interval pertama,
c-0,5
merupakan batas bawah kelas interval kedua,
e-0,5
merupakan batas bawah kelas interval ketiga,
g-0,5
merupakan batas bawah kelas interval keempat,
i-0,5
merupakan batas bawah kelas interval kelima,
5. Batas
atas adalah bilangan yang diperoleh dengan cara ujung atas ditambah ketelitian
data yang digunakan. Ketelitian datanya sama dengan ketelitian data dalam
menentukan batas bawah.
Misal datanya dicatat
dalam bilangan bulat maka bentuk umum dalam daftar 2(3) batas-batas atasnya
adalah :
b+0,5 merupakan batas
atas kelas interval pertama,
d+0,5 merupakan batas
atas kelas interval kedua,
f+0,5 merupakan batas
atas kelas interval ketiga,
h+0,5 merupakan batas
atas kelas interval keempat
j+0,5 merupakan batas
atas kelas interval kelima
6. Titik
tengah (tanda kelas) adalah bilangan yang diperoleh dengan cara ujung bawah
ditambah ujung atas, kemudian hasilnya dibagi dua untuk setiap kelas interval.
Titik tengah = ½ (ujung bawah + ujung atas)
Dari bentuk umum dalam
daftar 1(3) maka kelima titik tengahnya adalah sebagai berikut.
½ (a + b) merupakan
titik tengah kelas interval pertama,
½ (c + d) merupakan
titik tengah kelas interval kedua,
½ (e + f) merupakan
titik tengah kelas interval ketiga,
½ (g + h) merupakan
titik tengah kelas interval yang keempat,
½ (I + j) merupakan
titik tengah kelas interval yang kelima.
7. Panjang kelas adalah bilangan yang diperoleh
dari jarak/selisih antara ujung bawah dan ujung atas , dengan ujung bawahnya
termasuk dihitung. Untuk data yang dicatat dalam bilangan bulat, hal ini mudah
tetapi untuk untuk data yang dicatat dalam bilangan decimal, hal ini akan
mengalami kesulitan. Ada beberapa cara dalam menentukan panjang kelas untuk
kelas interval tertentu dari tabel distribusi frekuensi yang sudah tersedia
antara lain :
a.
ujung bawah kelas interval berikutnya
dikurangi ujung bawah kelas interval
yang bersangkutan
b.
batas bawah kelas interval berikutnya
dikurangi ujung bawah kelas interval
yang bersangkutan
c.
ujung atas kelas interval berikutnya
dikurangi ujung bawah kelas interval
yang bersangkutan
d.
batas atas kelas interval berikutnya
dikurangi ujung bawah kelas interval
yang bersangkutan
e.
ujung atas dikurangi ujung bawah
masing-masing untuk kelas interval yang bersangkutan
Untuk menyusun sekumpulan data kedalam
tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama untuk setiap kelas
interval diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan
nilai rentang
Rentang diperoleh
dengan cara nilai data yang terbesar dikurangi nilai data terkecil.
Range (R) = nilai data
terbesar - nilai data terkecil
Dalam hal ini
diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam memilih data terbesar dan data
terkecil, jangan sampai salah memilih. Hal ini akan lebih sukar lagi , jika
data yang digunakannya dicatat dalam bilangan decimal.
2. Tentukan
banyak kelas yang digunakan
Biasanya banyak kelas
yang digunakan itu paling sedikit 5 buah dan paling banyak 15 buah , sehingga
dapat ditulis
5≤ BANYAK KELAS ≤ 15
Ada sebuah aturan untuk
menentukan banyak kelas yang digunakan untuk membuat sebuah tabel distribusi
frekuensi , yaitu ATURAN STURGES dengan rumusnya sebagai berikut
k= 1+(3,3 x log n)
dengan :
k= banyak kelas
interval
n= banyak data yang
digunakan
Jika kita memperhatikan
perumusan diatas, hasil dari perhitungannya pasti berupa bilangan decimal.
Karena banyak kelas harus merupakan bilangan bulat, maka hasil ahir harus
dibulatkan. Pembulatan bilangannya boleh dilakukan ke bawah atau ke atas, tapi
sebaiknya pembulatan bilangannya dilakukan keatas.
3. Tentukan
panjang kelas
Panjang kelas diperoleh
dengan cara nilai rentang dibagi dengan banyak kelas sehingga dapat ditulis:
P = R ∕K
Dengan :
P= panjang kelas
R= range
K= banyak kelas
Jika kita meperhatikan
perumusan diatas, maka hasil akhir dari perhitungannya biasanya berupa bilangan
decimal. Oleh karena itu, dalam menentukan panjang kelas harus dilakukan
pembulatan bilangan yang sesuai dengan pencatatan datanya, artinya :
a. Jika
data yang digunakan dicatat dalam bilangan bulat, maka panjang kelaspun dicatat
dalam bilangan bulat
b. Jika
data yang digunakan dicatat dalam bilangan satu decimal, maka panjang kelaspun
dicatat dalam bilangan satu decimal
c. Jika
data yang diguakan dicatat dalam bilangan dua decimal, maka panjang kelaspun
dicatat dalam bilangan dua decimal
d. Dan
seterusnya.
4. Tentukan
nilai ujung bawah kelas interval pertama
Dalam hal ini, ada dua
kemungkinan yang busa terjadi, diantaranya sebagai berikut.
a. Ujung
bawah kelas interval pertama boleh mengambil nilai data yang terkecil
b. Ujung
bawah kelas interval pertama boleh mengambil nilai data yang lebih kecil dari
nilai data yang terkecil.
Kedua
kemungkinan ini bisa dilakukan deengan syarat, nilai data yang terbesar harus
tercakup dalam interval nilai data pada kelas interval terakhir. Jadi, dari
sekumpulan data bisa dibuat satu atau beberapa buah tabel distribusi frekuensi
dengan pengambilan data untuk ujung bawah kelas interval pertamanya, namun
nilai data terbesar harus tercakup dalam kelas interval terakhir.
5. Masukkan
semua data kedalam interval kelas
Untuk memudahkan
sebaiknya dibuat kolom tersendri yang berisi garis miring (tally/turus) sesuai kelas intervalnya. Selanjutnya jumlahkan semua tally/turus, yang terdapat pada
masing-masing kelas interval. Kemudian, nilai jumlah tersebut diletakkan pada
kolom tersendiri. Kolom tersendiri ini disebut kolom tally.
Contoh :
Berikut ini diberikan
data mengenal hasil tentamen tengah semester , mata kuliah statistika dari
mahasiswa program S-1 jurusan pendidikan matematika di IKIP
55 72
67 62 72
91 67 73
71 70
85 87
68 86 83
90 74 89
75 61
65 76
71 65 91
79 75 69
66 85
95 74
73 68 86
90 70 71
88 68
Susunlah data diatas
kedalam tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama.
Penyelesaian:
Langkah-langkah
penyusunannya adalah sebagai berikut.
a. Rentang
= R = 95 – 61 = 34
b. Banyak
kelas = k = 1 + (3,3 x log n)
k = 1 + (3,3 x log 40)
k = 1 + (3,3 x 1,6021)
k = 1+ 5,2868
k = 6,2868
c. Jadi,
banyak kelas yang digunakan bisa 6 buah atau 7 buah.
d. Disini
akan diambil banyak kelas sebanyak 7 buah.
e. Panjang
kelas = p = R∕K
P = 34∕7 = 4,86Karena
datanya dicatat dalam bilangan bulat, maka panjang kelasnya diambil 5.
f. Ujung
bawah kelas interval pertamanya diambil nilai data terkecil yaitu 61. Untuk
memasukkan sekumpulan data kedalam kelas interval diperlukan kolom tally, dengan cara:
1) Nilai
65 termasuk kedalam kelas interval pertama, yaitu 61-65 dan pada kolom tally
yang sesuai kelas interval pertama ditulis /. Selanjutnya, nilai 65 di coret
agar tidak dihitung dua kali
2) Nilai
67 termasuk kedalam kelas interval kedua yaitu 66-70 dan pada kolom tally yang
sesuai kelas interval kedua ditulis /. Selanjutnya, nilai 67 dicoret agar tidak
dihitung dua kali.
3) Nilai
72 termasuk kedalam kelas interval ketiga, yaitu 71-75 dan pada kolom tally
yang sesuai dengan kelas interval ketiga ditulis /. Selanjutnya, nilai 72
dicoret agar tidak dihitung dua kali.
4) Dan
seterusnya sampai nilai data yang terakhir hasilnya dapat dilihat
DAFTAR
2(4)
HASIL
TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA MAHASISWA PROGRAM S-1 JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
|
Tally
|
Banyak mahasiswa
|
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
|
̸̸̸ ̸̸ ̸̸̸ ̸
̸̸ ̸ ̸ ̸ ̸ ̸̸ ̸ ̸
̸ ̸ ̸ ̸ ̸ ̸̸̸ ̸
̸ ̸
̸ ̸
̸ ̸ ̸ ̸
̸ ̸̸ ̸ ̸ ̸ ̸
̸ ̸ ̸
|
4
9
11
2
4
7
3
|
Jumlah
|
40
|
Dengan
menghilangkan kolom tally , hasil
tabel distribusi frekuensi yang sebenarnya dapat dilihat dalam daftar 2(5)
Hasil
Tentamen
|
Banyak
mahasiswa
|
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
|
4
9
11
2
4
7
3
|
Jumlah
|
40
|
Jika
kita memperhatikan daftar 2(5) maka kita hanya dapat membuat sebuah tabel saja
dengan alasan jika kita mengambil ujung bawah kelas interval pertamanya lebih
kecil dari 61, misalnya 60 maka nilai data yang terbesar yaitu 95 tidak akan
tercakup. Hal ini disebabkan karena ujung atas kelas interval terakhirnya 94.
Dari daftar 2(5) kita dapat membuat penafsiran sebagai berikut.
a. Hasil
tentamen tengah semester statistika yang nilainya 61 sampai 65 ada 4 orang
b. Hasil
tentamen tengah semeseter statistika yang nilainya 66 sampai 70 ada 9 orang
c. Hasil
tentamen tengah semester statistika yang nilainya 71 sampai 75 ada 11 orang
d. Dan
seterusnya.
KEGIATAN BELAJAR 2
MACAM-MACAM TABEL DISTRIBUSI
FREKUENSI
A. TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
Apabila
kita sudah memperoleh tabel distribusi frekuensi maka frekuensinya adalah
mutlak atau absolut. Kemudian apabila frekuensi yang absolut ini diubah ke
dalam frekuensi relatif, maka diperoleh tabel distribusi frekuensi relative.
Frekuensi relatif ini diartikan sebagai frekuensi dalam bentuk persentase.
Tabel distribusi frekuensi relative adalah sebuah tabel yang berisi nilai-nilai
data, dengan nilai-nilai tersebut dikelompokkan ke dalam interval-interval dan
setiap interval masing-masing mempunyai nilai frekuensi dalam bentuk
persentase. Bentuk umum dari tabel distribusi frekuensi relative dapat dilihat
dalam Daftar 2 (12).
DAFTAR
2 (12)
BENTUK
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
Nilai
Data
|
Frekuensi
Absolut (
![]() |
Frekuensi
Relatif
![]() |
a - b
|
![]() |
![]() |
c – d
|
![]() |
![]() |
e – f
|
![]() |
![]() |
g – h
|
![]() |
![]() |
i - j
|
![]() |
![]() |
Jumlah
|
![]() |
100
|
Jumlah
semua frekuensi relatif ada kemungkinan tidak akan sama dengan 100%, mungkin
kurang dari 100% atau mungkin juga lebih dari 100%. Jika hal ini terjadi, maka
di bawah tabel harus dibuat catatan yang berisi pernyataan sebagai berikut.
“Jumlah Frekuensi
Relatif Tidak Sama dengan 100%, Karena Adanya Pembulatan Bilangan”
Walaupun
jumlah semua frekuensi relatif itu tidak sama dengan 100%, namun pada baris
jumlah tetep ditulis 100, (di sini tidak ditulis tanda persennya, karena pada
kolom judul frekuensi relatif sudah ditulis tanda persennya).
B. TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
KUMULATIF
Tabel
distribusi frekuensi kumulatif didefinisikan sebagai tabel yang diperoleh dari
tabel distribusi frekuensi, dengan frekuensinya dijumlahkan selangkah demi
selangkah (artinya kelas interval demi kelas interval). Dalam kolom nilai data,
bilangan yang digunakannya berupa ujung bawah untuk masing-masing kelas
interval. Tabel distribusi frekuensi kumulatif ada dua macam:
1. kurang
dari, dan
2. atau
lebih
Secara
umum, kedua bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif tersebut masing-masing
dapat dilihat dalam Daftar 2 (13) dan Daftar 2 (14).
DAFTAR
2 (13)
BENTUK
UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF “KURANG DARI”
Nilai Data
|
F1
|
kurang
dari a
kurang
dari c
kurang
dari e
kurang
dari g
kurang
dari i
kurang
dari (i+p)
|
0
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Dengan
p adalah panjang kelas interval
DAFTAR
2 (14)
BENTUK
UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF “ATAU LEBIH”
Nilai Data
|
F1
|
a atau
lebih
c
atau lebih
e atau
lebih
g atau
lebih
i atau
lebih
(i+p) atau lebih
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
0
|
Dengan
p adalah panjang kelas interval
C. TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
KUMULATIF
Apabila
dari tabel distribusi frekuensi kumulatif frekuensi diubah ke dalam bentuk
persentase maka akan diperoleh tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif.
Tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif adalah tabel yang diperoleh dari
tabel distribusi frekuensi relatif, dengan frekuensi dijumlahkan selangkah demi
selangkah (kelas interval demi kelas interval). Tabel distribusi frekuensi
relatif kumulatif ada dua macam:
1. kurang
dari, dan
2. atau
lebih
Secara
umum, bentuk dari tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif “kurang dari”
dapat dilihat dalam Daftar 2 (15).
DAFTAR
2 (15)
BENTUK
UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF “KURANG DARI”
Nilai
Data
|
F1
|
kurang
dari a
kurang
dari c
kurang
dari e
kurang
dari g
kurang
dari i
kurang
dari (i+p)
|
0
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Dengan
N dapat dilihat dalam Daftar 2 (12)
Jika
jumlah frekuensi relatif dalam tabel distribusi frekuensi tidak sama dengan
100% maka pada tabel distribusi frekuensi relative kumulatif “atau lebih” perlu
diperhatikan tiga hal sebagai berikut.
1. Pada
kelas interval pertama (a atau
lebih), nilai frekuensi relatif kumulatifnya tetap ditulis 100.
2. Di
bawah tabel dibuat catatan yang berisi pernyataan sebagai berikut.
“Frekuensi
Relatif Kumulatif untuk Kelas Interval Pertama Tidak Sama dengan 100, Karena
Adanya Pembulatan Bilangan”.
3. Jangan
sekali-kali menghitung frekuensi relatif kumulatif untuk kelas interval kedua
sampai kelas interval terakhir dengan cara sebagai berikut.
Untuk
kelas interval c atau lebih
.

Untuk
kelas interval e atau lebih
.

Untuk
kelas interval g atau lebih
.

Untuk
kelas interval i atau lebih
.

Untuk
kelas interval e atau lebih



Untuk
kelas interval g atau lebih



Untuk
kelas interval atau lebih



Contoh
5:
Salin
kembali data mengenai hasil tentamen tengah semester mata kuliah Statistika
dari mahasiswa program S-1 Jurusan Pendidikan Matematika di sebuah IKIP yang
sudah disusun dalam table distribusi frekuensi, seperti Nampak dalam daftar 2
(5).
Hasil
Tentamen
|
Banyak
Mahasiswa
|
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
|
4
9
11
2
4
7
3
|
Jumlah
|
40
|
1. Buat
tabel distribusi frekuensi relatifnya.
2. Buat
tabel distribusi frekuensi kumulatif “kurang dari”.
3. Buat
tabel distribusi frekuensi kumulatif “atau lebih”.
4. Buat
tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif “kurang dari”.
5. Buat
tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif “atau lebih”.
Penyelesaian:
1. Tabel
distribusi frekuensi relatif
DAFTAR
2 (17)
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
HASIL
TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI
MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN
MATEMATIKA DI IKIP
Hasil
Tentamen
|
Banyak
Mahasiswa
|
Frekuensi
Relatif
![]() |
61-65
|
4
|
![]() |
66-70
|
9
|
![]() |
71-75
|
11
|
![]() |
76-80
|
2
|
![]() |
81-85
|
4
|
![]() |
86-90
|
7
|
![]() |
91-95
|
3
|
![]() |
2. Tabel
distribusi frekuensi kumulatif “kurang dari”
a. Untuk
kelas interval pertama (kurang dari 61).
Karena tidak ada nilai data yang
kurang dari 61 maka frekuensi kumulatifnya 0 (nol).
b. Untuk
kelas interval kedua (kurang dari 66).
Data yang nilainya kurang dari 66
adalah 61 sampai 65, sehingga frekuensi kumulatifnya 4.
c. Untuk
kelas interval ketiga (kurang dari 71).
Data yang nilainya kurang dari 71
adalah 61 sampai 70, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 = 13.
d. Untuk
kelas interval keempat (kurang dari 76).
Data yang nilainya kurang dari 76
adalah 61 sampai 75, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 = 24.
e. Untuk
kelas interval kelima (kurang dari 81)
Data yang nilainya kurang dari 81
adalah 61 sampai 80, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 = 26.
f. Untuk
kelas interval keenam (kurang dari 86)
Data yang nilainya kurang dari 86
adalah 61 sampai 85, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 = 30.
g. Untuk
kelas interval ketujuh (kurang dari 81)
Data yang nilainya kurang dari 91
adalah 61 sampai 90, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 + 7=
37.
h. Untuk
kelas interval kedelapan (kurang dari 96)
Data yang nilainya kurang dari 96
adalah 61 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 + 7 + 3
= 40.
DAFTAR 2 (18)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
“KURANG DARI”
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
|
![]() |
kurang dari 61
|
0
|
Kurang dari 66
|
4
|
Kurang dari 71
|
13
|
Kurang dari 76
|
24
|
Kurang dari 81
|
26
|
Kurang dari 86
|
30
|
Kurang dari 91
|
37
|
Kurang dari 96
|
40
|
3. Tabel
distribusi frekuensi kumulatif “atau lebih”
a. Untuk
kelas interval pertama (61 atau lebih)
Data yang nilainya 61 atau lebih adalah
dari 61 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 4
+ 9 + 11 + 2 + 4 + 7 + 3 = 40.
b. Untuk
kelas interval kedua (66 atau lebih)
Data yang nilainya 66 atau lebih adalah
dari 66 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 9
+ 11 + 2 + 4 + 7 + 3 = 36.
c. Untuk
kelas interval ketiga (71 atau lebih)
Data yang nilainya 71 atau lebih adalah
dari 71 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 11
+ 2 + 4 + 7 + 3 = 27.
d. Untuk
kelas interval keempat (76 atau lebih)
Data yang nilainya 76 atau lebih adalah
dari 76 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya
2 + 4 + 7 + 3 = 16
e. Untuk
kelas interval kelima (81 atau lebih)
Data yang nilainya 81 atau lebih adalah
dari 81 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 4
+ 7 + 3 = 14.
f. Untuk
kelas interval keenam (86 atau lebih)
Data yang nilainya 86 atau lebih adalah
dari 86 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya 7
+ 3 = 10.
g. Untuk
kelas interval ketujuh (91 atau lebih)
Data yang nilainya 91 atau lebih adalah
dari 91 sampai 95, sehingga frekuensi kumulatifnya
3.
h. Untuk
kelas interval kedelapan (96 atau lebih)
Karena tidak ada data yang nilainya 96
atau lebih, maka frekuensi kumulatifnya 0 (nol).
DAFTAR 2 (19)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF
“ATAU LEBIH”
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
|
![]() |
61 atau lebih
|
40
|
66 atau lebih
|
36
|
71 atau lebih
|
27
|
76 atau lebih
|
16
|
81 atau lebih
|
14
|
86 atau lebih
|
10
|
91 atau lebih
|
3
|
96 atau lebih
|
0
|
4. Tabel
distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif “kurang dari”
DAFTAR
2 (20)
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF KUMULATIF “KURANG DARI”
HASIL
TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI
MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
|
![]() |
Frekuensi
Relatif
![]() |
kurang dari 61
|
0
|
![]() |
Kurang dari 66
|
4
|
![]() |
Kurang dari 71
|
13
|
![]() |
Kurang dari 76
|
24
|
![]() |
Kurang dari 81
|
26
|
![]() |
Kurang dari 86
|
30
|
![]() |
Kurang dari 91
|
37
|
![]() |
Kurang dari 96
|
40
|
![]() |
5.
Tabel distribusi frekuensi relative
kumulatif “atau lebih”
DAFTAR
2 (21)
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF KUMULATIF “ATAU LEBIH”
HASIL
TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI
MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
|
![]() |
Frekuensi
Relatif
![]() |
61 atau lebih
|
40
|
![]() |
66 atau lebih
|
36
|
![]() |
71 atau lebih
|
27
|
![]() |
76 atau lebih
|
16
|
![]() |
81 atau lebih
|
14
|
![]() |
86 atau lebih
|
10
|
![]() |
91 atau lebih
|
3
|
![]() |
96 atau lebih
|
0
|
![]() |